Ranu Kumbolo: Keindahan yang Menyimpan Mitos dan Pesona Alam

Posted on

FUNTOURA.COM – Ada sebuah kutipan dalam film 5CM yang mengisahkan perjalanan mereka ketika melewati Ranu Kumbolo.

“Yang kita butuhkan sekarang hanya kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya. Mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya. Leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdoa.” – Ranu Kumbolo

Kutipan di atas merupakan bagian dari dialog pemeran film 5 CM setelah melintasi Ranu Kumbolo, sebuah danau indah yang menjadi persinggahan favorit para pendaki di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru.

Dalam film tersebut, Ranu Kumbolo digambarkan sebagai danau cantik yang menjadi tempat istirahat penting bagi pendaki sebelum melanjutkan perjalanan menuju Puncak Mahameru. Pendaki sering mendirikan tenda di sekitar danau ini sambil menikmati keindahan alamnya.

Ranu Kumbolo terletak di ketinggian 2.400 meter di atas permukaan laut, menawarkan pesona danau yang memukau. Pendaki yang tiba pada malam hari dapat menyaksikan keindahan galaksi jika langit sedang cerah, menjadikan bulan Mei hingga September sebagai waktu terbaik untuk pengalaman tersebut.

Tidak hanya itu, Ranu Kumbolo juga dikenal sebagai tempat wisata alam terbaik untuk menikmati sunrise dan sunset. Namun, sebelum memulai perjalanan ke sini, penting untuk memperhatikan beberapa mitos yang melingkupinya.

6 Mitos Ranu Kumbolo bagi Pendaki

Air Danau Ranu Kumbolo Dikenal Sakral

Danau Ranu Kumbolo. Foto : abdullah_4li / IG
Danau Ranu Kumbolo. Foto : abdullah_4li / IG

Danau Ranu Kumbolo dianggap suci oleh penduduk lokal, dan airnya selalu dimanfaatkan dalam ritual keagamaan. Sejak ratusan tahun yang lalu, air danau ini dianggap sakral, sehingga ada larangan bagi pendaki yang transit di sini.

Pendaki dilarang berenang di Danau Ranu Kumbolo. Selain itu, mencuci, bahkan buang air di danau dilarang, sebagai bentuk penghormatan terhadap kesakralan air. Meskipun terdapat mitos ini, pendaki diharapkan mematuhi larangan tersebut untuk menjaga kelestarian Ranu Kumbolo.

Buktikan Cinta di Tanjakan Cinta

Tanjakan Cinta Ranu Kumbolo. Foto : Nonhadrah / IG
Tanjakan Cinta Ranu Kumbolo. Foto : Nonhadrah / IG

Tanjakan Cinta, di sebelah barat Ranu Kumbolo, merupakan jalur perbukitan menuju puncak gunung. Mitosnya menyatakan bahwa bagi mereka yang terus mendaki tanjakan sambil memikirkan kekasih tanpa menoleh ke belakang, akan memiliki akhir cerita yang bahagia.

Namun, jika menoleh ke belakang, kisah cinta bisa berakhir pilu. Cerita ini berawal dari tragedi sepasang tunangan yang mendaki Gunung Semeru, di mana sang pria tiba lebih dulu di puncak, sementara tunangannya jatuh dan tewas karena kelelahan saat menoleh ke belakang.

Ikan Mas, Penjaga Ranu Kumbolo

Ranu Kumbolo dipenuhi oleh ikan mas, dan ada larangan bagi pengunjung untuk tidak memancing atau menangkapnya.

Mitosnya menyatakan bahwa ikan mas tersebut adalah jelmaan dewi yang bertugas menjaga keindahan danau. Larangan ini dipegang teguh oleh warga setempat sebagai bentuk penghormatan terhadap keberadaan ikan mas yang dianggap sakral.

Sosok Dewi Berkebaya Kuning

Legenda menyebutkan bahwa penunggu Ranu Kumbolo juga dapat berwujud sosok wanita dengan pakaian kebaya berwarna kuning.

Wanita ini konon muncul saat bulan purnama, dan asap akan mengepul di permukaan danau sebelum penampakannya. Cerita ini menambah nuansa mistis dan keindahan alam di sekitar danau.

Puncak Abadi Para Dewa

Puncak Mahameru. Foto : Triptrus
Puncak Mahameru. Foto : Triptrus

Setelah beristirahat di Ranu Kumbolo, pendaki dapat melanjutkan perjalanan ke Puncak Mahameru. Puncak ini dianggap sebagai titik tertinggi di Pulau Jawa dan dihormati sebagai tempat abadi para dewa yang menghubungkan dunia manusia dan kayangan.

Hingga saat ini, masyarakat Jawa dan Bali masih melakukan sesajen sebagai bentuk penghormatan di beberapa titik di sekitar Puncak Mahameru.

Pakunya Pulau Jawa

Menurut legenda dalam kitab kuno Tantu Pagelaran pada abad ke-15, Pulau Jawa awalnya mengambang di lautan. Dewa memutuskan untuk memaku Pulau Jawa dengan memindahkan Gunung Meru dari India ke atas pulau tersebut.

Gunung ini kemudian terbagi menjadi Gunung Semeru di sisi timur dan Gunung Penanggungan di sisi barat. Mitos ini memberikan dimensi khusus pada Ranu Kumbolo dan sekitarnya.

Keenam mitos ini memberikan warna dan keunikan tersendiri pada pengalaman pendaki di Ranu Kumbolo.

Meskipun bisa dipilih untuk dipercayai atau tidak, penting untuk tetap mengikuti aturan yang telah ditetapkan dan menjaga kebersihan, sehingga keindahan Ranu Kumbolo dapat tetap terjaga untuk generasi mendatang.

Jangan biarkan kelalaian hari ini mengubah Ranu Kumbolo hanya menjadi nama dalam kenangan. Selamat menjelajahi dan menikmati keajaiban Ranu Kumbolo!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *